Senin, 30 Desember 2013

UJIAN AKHIR SEMESTER


Soal Ujian Semester Kimia Bahan Alam



1.       Temukan dua senyawa alkaloid yang berisomer satu sama lain. Tuliskan struktur lengkap dan sumber darimana kedua senyawa tersebut ditemukan (link, referensi dsb).


   teobromin                                                                     teofilin         


     









2.       (a.) usulkan teknik isolasi dan pemurnian kedua senyawa yang berisomer tersebut.

Penentuan Kandungan Teobromin
1) Ekstraksi
0,2 gram coklat bubuk yang telah diekstraksi ditambahkan dengan 40 mL air dan direbus selama 30 menit. Kemudian disaring dengan whatman 44, dimasukkan dalam labu takar 50 mL, sampai tanda batas dan disaring dengan whatman 44.
2) Clean Up
Kolom sep – pak C18 dikondisikan dengan 5 mL methanol dan 5 mL air. Kemudian dilewatkan dengan 5 mL larutan hasil ekstraksi, setelah itu dicuci dengan 5 mL akuades. Kolom didiamkan sampai kering. Theobromin dan kafein dielusi dari kolom dengan menggunakan 10 mL kloroform (kolom dapat diregenerasi dengan pencucian menggunakan 50 mL methanol 80%  5 mL methanol. Kloroform diuapkan dengan penangas´dilanjutkan dengan 2  Lmair, residu yang terbentuk dilarutkan dengan 3 mL air. Sebanyak 20  larutan dianalisis dengan HPLC.

TEOFILIN
1.       50 gram serbuk teh kering dimasukan dalam bekker glass 500 ml tambahkan 25 gram MgO dan 350 ml air.
2.       Didihkan campuran diatas selama 30 menit, sambil diaduk-aduk.
3.       Saring panas-panas dengan kain saring kumpulkan filtrate hasil penyaringan 
4.       Sisa endapan (ampas teh) hasil penyaringan tambah dengan 250 ml air didihkan selama 30 menit. Kemudian saring panas-panasdengan kain saring kumpulkan filtrat jadikan satu dengan penyaringan terdahulu.
5.       Kedalam filtrate tambahkan 25 ml H2SO4 10% uapkan sampai 1/3 volume semula (saring bila ada larutan koloidal)
6.       Kemudian larutan diekstrasi dalam corong pemisah dengan 20 ml (3 kali), 15 ml (2 kali) dan 10 ml chloroform.
7.       Kumpulkan hasil ekstrasi, cuci dengan NaOH dan pisahkan dengan corong pemisah. Residu berada diatas, ambil ekstrak dilapisan bawah, tamping dalam beaker glass kering. (sebelumnya timbang dulu berat beaker).
8.       Cuci residu dengan 20 ml chloroform, campur hasil cucian dengan ekstrak bersih.
9.       Uapkan ekstrak dengan penangas air sampai kering.
10.   Timbang hasil ekstrak kofein kasar.
11.   Lakukan pemurnian ekstrak kofein kasar dengan sublimasi 
12.   Sublimasi dilakukan dengan cawan penguap porselin yang dilengkapi dengan corong gelas dan kapas dan kertas saring berlubang.
13.   Kristal kofein yang berwarna putih akan diperoleh dengan menguapkan ekstrak kofein kasar dalam cawan penguapan sampai habis.
14.   Timbang hasil dan hitung rendemennya.
15.   Tes identifikasi.
16.   Tes murexid :
Senyawa purin dalam hal ini etofilin, kofein,theobromin, dan teofilin dapat diidentifikasi dengan reaksi khusus/spesifik.
dimana identifikasinya dilakukan dengan cara melarutkannya pada ammonium. Teofilin karut pada amonium yang kemudian dipanaskan sehingga amonium menguap dan didapatkan senyawa teofilin.

(b.) Jelaskan alasan dan pemilihan pelarut untuk ekstraksi/pemurnian/isolasi tersebut.
Penentuan Kadar Teobromin
Teobromin dan kafein merupakan senyawa alkaloid yang terdapat dalam tanaman coklat. Senyawa – senyawa tersebut tersimpan dalam biji coklat. Analisis terhadap teobromin dan kafein dilakukan dengan menggunakan HPLC. Untuk menganalisis kedua senyawa golongan alkaloid ini, maka digunakan sampel coklat bubuk yang telah bebas dari lemak. Hal ini dilakukan karena keberadaan lemak akan mengganggu analisis teobromin dan kafein dengan HPLC. Sebelum dianalisis dengan HPLC maka sampel diberi perlakuan awal. Perlakuan awal yang diberikan adalah Ekstraksi Fasa Padat atau yang lebih dikenal dengan Solid Phase Extraction (SPE). Teknik SPE digunakan sebagai perlakuan awal terhadap sampel coklat bubuk atau untuk clean – up terhadap sampel yang masih mengandung pengotor.
Clean – up dilakukan untuk menghilangkan pengotor – pengotor yang masih terdapat dalam sampel yang akan dianalisis. Pada proses clean – up kali ini analit yang akan dianalisis akan tertahan pada penjerap yang digunakan (pada percobaan ini penjerap yang digunakan adalah C 18), sedangkan pengotor – pengotornya akan terelusi. Analit akan tertahan pada penjerap karena analit dan penjerap sama – sama bersifat nonpolar. Selanjutnya analit yang tertahan pada penjerap akan dielusi oleh sebagian kecil pelarut organik.
Tahap pertama menggunakan SPE adalah mengkondisikan penjerap C 18 dengan pelarut metanol dan air. Pengkondisian ini dilakukan untuk membasahi permukaan penjerap dan untuk menciptakan pH yang sama, sehingga perubahan – perubahan kimia yang tidak diharapkan ketika sampel dimasukkan dapat dihindari. Selanjutnya larutan sampel dilewatkan ke penjerap, maka analit yang diharapkan akan tertahan, sedangkan pengotor – pengotornya akan terelusi. Kemudian kolom (penjerap) dicuci dengan akuades untuk menghilangkan seluruh komponen yang tidak tertahan oleh penjerap. Tahap terakhir adalah elusi teobromin dan kafein dari kolom dengan kloroform. Pada tahap ini analit yang diharapkan yaitu teobromin dan kafein akan terelusi kedalam kloroform. Kemudian kloroform diuapkan dengan pengangas air.
Setelah seluruh kloroform habis teruapkan maka yang tersisa adalah residu bewarna putih. Residu bewarna putih itu adalah teobromin dan L nya kafein. Residu ini dilarutkan dalam 3 mL air dan sebayak 20  dianalis dengan HPLC.



TEOFILIN
Teofilin merupakan alkaloid turunan xantin (1, 3 dimetil xanthin). Derivate xantin ini tidak larut dalam air kecuali aminofilin. Teophilin mudah larut dalam air panas dan ammonium encer. Hal ini didasarkan pada kelarutan teofilin yang meningkat dengan bertambahnya suhu  

3.       usulkan tahap2 biosintesis kedua senyawa tersebut dengan reaksi2 kimia organik. Jelaskan dasar referensinya (sumber,link)

TEOBROMIN
Teobromin adalah molekul alkaloid yang dikenal juga sebagai metilsantin. Secara alami, metilsantin terdapat pada enam puluh spesies tanaman yang berbeda dan termasuk kafein (terutama pada kopi) dan teofilin (metilsantin primer dalam teh). Teobromin adalah metilsantin utama yang ditemukan pada pohon kakao (Theobroma cacao) (Amit et al, 2010). Senyawa ini diperoleh dari biji-biji coklat dan isolasi dari biji-biji tersebut dengan cara ekstraksi. Coklat Kristal teobromin berwarna putih, rasanya pahit dan mencair pada 357 0 C. Teobromin sukar larut dalam air dan pelarut-pelarut organik yang umum. Garam-garam teobromin umumnya dapat larut dalam air (Sumardjo,2006)
Teobromin mempengaruhi sistem tubuh manusia mirip dengan kafein, tetapi pada efek yang lebih kecil. Teobromin bersifat diuretik ringan, stimulan ringan, dan melemaskan otot-otot halus pada bronkus. Dalam tubuh manusia, tingkat teobromin yang dirasakan adalah antara 6-10 jam setelah dikonsumsi. Karena kemampuannya untuk melebarkan pembuluh darah, teobromin juga digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi (Amit et al, 2010).
BIOSINTESIS
Biosintesis dari teobromin dilakukan dengan tiga cara, antara lain :
a)  AMP → IMP → XMP →  xanthosine → 7-methylxanthosine → 7 -metilsantin →  teobromin.
 b) GMP → guanosin →  xanthosine → 7-methylxanthosine → 7 -metilsantin →  teobromin.
c) Santin →  3-metilsantin → teobromin (Ashihara et al, 2008)




TEOFILIN
Tahap I
Pada tahap ini mengacu pada serangkaian reaksi yang menghasilkan perubahan kimia relatif kecil yang membuat senyawa lebih hidrofil dan juga menyediakan suatu kelompok fungsional yang digunakan untuk menyelesaikan Tahap II reaksi. Pada tahap I ini, mayoritas reaksi dimediasi oleh sebagian besar keluarga enzim sitokrom P450. Fungsionalisasi reaksi tahap I adalah reaksi yang menghasilkan kelompok fungsional seperti dihidroksilasi atau kelompok fungsional sebagai hidrolisis ester.
Oksidasi yang dilakukan oleh P450, diantaranya adalah oksidasi aromatik (Propranolol, fenobarbital, fenitoin, fenilbutazon, amfetamin, warfarin); oksidasi alifatik (garamnya, sekobarbital, klorpropamid, ibuprofen, meprobamat, glutethimide, fenilbutazon, digitoxin); epoksidasi (Karbamazepin); N-dealkilasi (morfin, kafein, teofilin); O-dealkilasi (kodein); S- dealkilasi (6 -methylthiopurine); N-oksidasi, amina primer (chlorphentermine), amina sekunder (asetaminofen), amina tersier (nikotin, methaqualone); S-oksidasi (thioridazine, cimetidine, klorpromazin); deaminations (amfetamin, diazepam). Ada juga oksidasi yang dilakukan oleh non-P450, yaitu reaksi monoamine oxidase, mekanisme yang berbeda dengan hasil yang sama seperti P450 deaminasi (pembentukan imina diikuti oleh hidrolisis); flavin monooxygenase reaksi (FMO) (tapi reductases P450 juga menggunakan cat kuning sebagai FAD, dinukleotida flavin adenin, dan FMN, mononukleotida flavin).
Selain itu, pada tahap I ini terjadi reaksi pengurangan, misalnya pengurangan nitro (kloramfenikol, clonazepam), dan reduksi kelompok azo (prontosil, tartrazine); hidrolisis turunan karboksilat; hidrolisis asam ester (kokain, prokain, tetracaine, benzokain, succinylcholine), amida (lidocaine, mepivacaine, bupivakain, etidocaine, prilocaine).  Hidrolisis glukuronat  menimbulkan resirkulasi enterohepatik, dimana secara signifikan memperpanjang kehidupan beberapa obat, karena metabolit lipofilik diserap dalam jumlah cukup ke dalam portal sirkulasi yang mana mereka bisa masuk kembali ke hati.
2. Tahap II
Pada tahap ini terjadi reaksi penambahan atau unmasking fungsional yaitu proses oksidasi atau hidrolisis. Pada Tahap II, reaksi ditandai dengan konjugasi zat endogen. Reaksi Tahap II penting tidak hanya untuk menghilangkan obat-obatan tetapi juga untuk detoksifikasi obat yang metabolitnya reaktif, yang sebagian besar dihasilkan oleh metabolism. Reaksi metabolisme yang pertama pada tahap II ini terjadi pada pembentukan glukuronat yang merupakan langkah penting dalam penghapusan banyak zat endogen yang penting dari tubuh, termasuk bilirubin, asam empedu, hormon steroid, dan biogenik amina sebagai serotonin.  Reaksi yang umum terjadi melalui transfer asam glukuronat, bagian dari asam glukuronat uridin-difosfat (UDPGA) pada molekul akseptor. Proses ini disebut juga glukuronosilasi atau glukuronosidasi]. Bila enzim mengkatalisis reaksi ini, mereka juga disebut sebagai UDP glukuronosiltransferase (UGTs) (acetaminophen, ibuprofen, morfin, diazepam, meprobamate, digitoxin, digoxin).
Selain itu, reaksi pada Tahap II berupa reaksi sulfat (asetaminofen, metildopa, 3-hidrokumarin, estrone); konjugasi glutathione (asam etakrinat); asetilasi (sulfonamid, isoniazid,
clonazepam, dapson); metilasi (dopamin, epinefrin, histamin, thiouracil).


4.       tentukan bagaimana cara mengelusidasi struktur lengkap dari kedua senyawa tersebut.

Metode yang umum digunakan adalah metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) (USP 2003) namun karena dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan sulit maka dilakukan dengan metode
metode spektrofotometri derivatif ultraviolet (SDUV). Kedua metode ini memiliki karakteristik yang sama

Analisis Kuantitatif Teofilin dengan Metode SDUV
Larutan stok standar teofilin 100 ppm disiapkan dengan melarutkan 0.01 g teofilin dalam metanol, diaduk dengan pengaduk magnet selama 30 menit, disaring, dan ditepatkan volumenya dengan metanol di dalam labu takar 100 mL, kemudian diencerkan sehingga konsentrasi larutan standar menjadi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 ppm dalam labu takar 10 mL. Larutan stok contoh yang setara dengan konsentrasi teofilin sebesar 100 ppm disiapkan dengan melarutkan sejumlah tertentu contoh (yang telah digerus) dalam metanol, selanjutnya dilakukan pengadukan selama 30 menit, disaring, dan ditepatkan volumenya dengan metanol dalam labu takar 50 mL, kemudian larutan contoh diencerkan sehingga konsentrasinya menjadi 25 ppm dalam labu takar 10 mL. Setelah itu, dibuat spektrum absorbans standar dan contoh
menggunakan spektrofotometer UV dengan kecepatan penyapuan 100, 200, 400, 800, dan 1200 /menit. Spektrum standar dan contoh dengan konsentrasi yang sama dioverlay dan diolah dengan UV-solutions
untuk memperoleh kondisi optimum pengukuran. Parameter yang ditetapkan antara lain orde turunan, orde penghalusan, dan jumlah jendela. Analisis kadar teofilin di dalam contoh dan validasi metode SDUV dilakukan berdasarkan kondisi optimum yang telah ditetapkan.

Senyawa-senyawa turunan xantin diketahui memiliki beberapa aktivitas farmakologis, diantaranya sebagai bronkodilator. Meskipun penggunaannya sebagai obat anti asma telah cukup dikenal, tetapi turunan xantin diketahui memiliki efek samping yang kurang menguntungkan yaitu penekanan pada jantung dan sistem syaraf pusat. Beberapa penelitian mengenai modifikasi siniktur xantin guna mendapatkan turunan yang lebih poten dan selektif telah dilakukan. Berdasarkan penehtian terdahulu, diketahui bahwa subsitusi pada atom N' xantin dapat ineningkatkan aktivitas dan selektivtasnya sebagai bronkodilator. Teobromin (3,7,-dimetilrantin) adalah turunan xantin yang memiliki N' tidal( tersubstitus, dan dapat digunakan sebagai bahan pemula untuk mensintesis turunan xantin yang termodifikasi pada atom N'. Pada penelitian in./ telah dilakukan sintesis dua turunan alkil teobromin, yaitu : NI - n-propil teobromin , dan N1-n-butil teobromin. Sintesis dilakukan me/Aui reaksi alkilasi inenggunakan n-propil bromida. dan bromida. Metoda sintesis dilakukan dengan merefluks teobromin dart alkil bromida dalam media pelarut basa selama 27-30 jam, dilanjutkan dengan rekristalisasi menggunakan kloroform. Hasil sintesis berupa kristal putih berbentuk jarum halus dengan rendemen sekitar 30 %. Uji kemurnian dilakukan dengan kromatografi lapis tipis, uji titik lebur, dan kromatografi gas. Penetapan struktur molekill basil sintesis dilakukan dengan analisa spektrofotometer ultraviolet, spektrofotometer inframeralt� spektrometer dan spektrometer massa (GC-MS). Hasil analisis elusidasi struktur memastikan bahwa basil sintesis adalah N1-n-propil teobromin, dan NI -n-butil teobromin. Uji aktivitas hayati dilakukan secara in vitro menggunakan preparat trakea marmot, dengan mengamati kemampuan senyawa menghilangkan kontraksi otot polos trakea yang disebabkan oteh histamin, dan dibandingkan dengan teofilin. Hasil uji hayati menunjukkan bahwa kedua Manua tebromin memiliki aktivitas sebagai relaksan otot polos trakea lebih besar dibanding teofilin. Aktivitas teobromin lebih kecil dui pada N1-n-butil teobrornin Kata kunci : teobromin, N'-n-propil teobromin, N'n-butil teobromin, relaksan trakea



Tidak ada komentar:

Posting Komentar