SENYAWA ALKALOID DARI DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L.)
Salah satu senyawa metabolit sekunder adalah senyawa
alkaloid dengan berbagai keanekaragaman struktur, penyebarannya dialam serta
mempunyai aktivitas biologisnya yang sangat penting. Alkaloid adalah senyawa
siklik yang mengandung atom nitrogen yang penyebarannya terbatas pada orgnisme
hidup. Efek fisiologis yang kuat dan selektifitas senyawa alkaloid menyebabkan
senyawa alkaloid tersebut sangat bermanfaat dalam hal pengobatan (Marek,2007).
METODE
PENELITIAN
Peralatan yang digunakan terdiri atas berbagai peralatan
gelas laboratorium, alat destilasi, bejana maserasi, kolom kromatografi, corong
pisah, neraca analitik, spektroskopi FT-IR, spektroskopi 1H-NMR.
Bahan dasar yang digunakan adalah daun sidaguri (Sida
rhombifolia L). Bahan kimia yang digunakan adalah metanol, etilasetat,
n-heksana, dietileter, kloroform, HCl 2 M, NH4OH pekat, reagent Mayer, reagent Wagner, reagent dragendorf, silika gel Merck
GF254 untuk kromatografi lapis tipis,
silika gel 60 (70-230 mesh, E.Merck) untuk kromatografi kolom.
Prosedur Penelitian
a. Uji
Skrining Fitokimia
Untuk
mengetahui adanya senyawa alkaloid yang terdapat dalam daun sidaguri (Sida
rhombifolia L.), maka dilakukan uji pendahuluan penapisan golongan kimia
ekstrak daun tersebut (Soetarno dan Soediro, 1997; Depkes RI, 2000) yaitu :
Uji Alkaloid
- Dengan
plat KLT, dimana pada plat ditotolkan ekstrak, lalu disemprotkan dengan reagen
Dragendrof. Apabila ada noda yang naik dan memberikan perubahan warna menjadi
orange atau merah, diduga positif alkaloid.
- Dengan
metoda ”Culvenor Fitzgerald”, daun segar sebanyak 4 gram dirajang halus,
dibasahi dengan sedikit alkohol, kemudian ditambahkan sedikit pasir lalu
digerus. Ditambahkan 10 ml kloroform amoniak 0,05 N, digerus lagi. Disaring
dengan kapas, lalu diambil dengan pipet dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
besar, ditambahkan 5 ml asam sulfat 2 N lalu dikocok. Lapisan asam diambil dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan satu tetes reagen Mayer.
Apabila terbentuk endapan putih berarti positif alkaloid.
b. Ekstraksi
dan Fraksinasi
Ekstraksi
dilakukan dengan cara maserasi dimana serbuk daun sidaguri (Sida rhombifolia L.)
sebanyak 1 kg dimaserasi dengan metanol (3 x 5L) pada temperatur kamar dan
disaring lalu pelarut diuapkan dari ekstrak metanol dengan rotary evaporator sehingga
diperoleh ekstrak pekat metanol. Terhadap ekstrak metanol ini dilakukan partisi
cair-cair dengan n-heksana. Masing-masing ekstrak dipekatkan kembali dengan rotary
evaporator sehingga diperoleh residu kering dan dilanjutkan dengan uji skrining
fitokimia. Ekstrak metanol ditambahkan HCl 2M hingga mencapai pH 2 dan
didiamkan selama 24 jam, kemudian dicuci dengan dietileter. Selanjutnya ditambahkan
NH4OH pekat sampai pH 9-10, diekstraksi
dengan dietileter dan ekstrak dietileter tersebut diuapkan pelarutnya sehingga
diperoleh ekstrak pekat dietileter.
c. Pemisahan
dan Pemurnian
Dari hasil
skrining fitokimia dengan menggunakan reagent Mayer dan reagent Dragendorf terhadap
ekstrak dietileter daun sidaguri (Sida rhombifolia L.) menunjukkan bahwa daun
tumbuhan tersebut mengandung senyawa alkaloid. Ekstrak pekat dietileter yang
mengandung senyawa alkaloid kemudian dipisahkan dengan menggunakan kromatografi
kolom. Sebelum dilakukan kromatografi kolom, terlebih dahulu terhadap fraksi
dietileter tersebut dilakukan uji Kromatografi Lapisan Tipis (KLT) analitik
untuk menentukan jenis eluen yang memiliki pola pemisahan paling baik yang akan
digunakan pada kromatografi kolom. Komposisi pelarut ditentukan berdasarkan pendekatan
KLT. Isolasi senyawa alkaloid dari daun sidaguri dilakukan dengan metoda
kromatografi kolom menggunakan silika gel 60 sebagai fasa diam dan kloroform :
metanol sebagai fasa gerak berdasarkan teknik “step gradient polarity” (SGP).
Eluen yang digunakan adalah kloroform : metanol dengan nilai perbandingan
sebagai berikut (90:10; 80:20; 70:30;60:40; 40:60). Eluen ditampung dalam botol
vial 5 ml dan dianalisis
dengan KLT. Fraksi-fraksi yang memiliki spot dengan nilai Rf yang sama digabung
dan pelarutnya diuapkan, selanjutnya dilakukan pemurnian.
d.
Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi
Terhadap
senyawa hasil isolasi yang telah murni dilakukan analisis dengan menggunakan spektrofotometer
FT-IR dan 1H-NMR.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil maserasi 1 kg serbuk daun sidaguri(Sida
rhombifolia L.) dengan pelarut metanol didapatkan ekstrak kasar etanol sebanyak
120 gram, berbentuk cairan kental. Ekstrak metanol ini dipartisi dengan
campuran pelarut n-heksana dan air dengan perbandingan n-heksana:air (1:1). Hal
ini dilakukan untuk memisahkan senyawa-senyawa polar dan senyawa non polar.
Masing-masing ekstrak dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh
ekstrak pekat metanol sebanyak 73 gram setelah diekstraksi dengan dietileter
maka diperoleh ekstrak pekat dietileter sebanyak 45 gram. Berdasarkan uji KLT
terhadap ekstrak dietileter maka didapatkan pola pemisahan yang paling baik
adalah kloroform : metanol dengan perbandingan (7:3). Tujuan dari mendapatkan
identitas noda dengan harga Rf pada uji KLT adalah untuk mencari pelarut yang
akan digunakan pada kromatografi kolom (Markham, 1988)
Isolasi senyawa alkaloid dari daun sidaguri dilakukan
dengan metoda kromatografi kolom menggunakan silika gel 60 sebagai fasa diam
dan kloroform : metanol sebagai fasa gerak berdasarkan teknik “step gradient
polarity” (SGP) agar senyawa-senyawa terpisah berdasarkan derajat kepolarannya.
Hasil kromatografi kolom diperoleh sebanyak 117 fraksi, kemudian dilakukan
penggabungan fraksi-fraksi berdasarkan uji KLT dengan melihat nilai Rf. Fraksi-fraksi
yang memiliki spot dengan nilai Rf yang sama digabung sehingga didapat 5 fraksi
dan pelarutnya diuapkan. Dari kelima fraksi tersebut dilakukan skrining fitokimia
dan fraksi 2 dan 4 menunjukkan hasil positif mengandung senyawa alkaloid.
Dalam
penelitian ini hanya fraksi 2 yang dilakukan analisis lebih lanjut. Terhadap
fraksi 2 tersebut dilakukan pemurnian dan diperoleh padatan berwarna kecoklatan
sebanyak 59 mg. Berdasarkan hasil uji kelarutan senyawa ini memiliki kelarutan
yang besar dalam kloroform dan dari hasil KLT dengan menggunakan penampak noda reagent
dragendorf diperoleh noda tunggal. Analisis spektrum FT-IR senyawa hasil
isolasi (Gambar 1) menunjukkan adanya vibrasi ulur N-H pada
bilangan gelombang 3395,10 cm-1 dengan pita serapan yang tajam dan vibrasi regang N-H
pada 1508,27 cm -1. Hal ini
didukung oleh spektrum 1H-NMR
(Gambar 2) yang menunjukkan adanya satu puncak melebar pada pergeseran kimia δ 6,47-6,50
ppm yang diduga merupakan gugus NH pada inti piperidin (Sastrohamidjojo, 1994).
Pergeseran kimia
pada daerah δ 6,80-7,01 ppm, δ 7,40-7,49 ppm menunjukkan adanya proton dari
cincin aromatis yang terikat pada cincin heterosiklik (Chamberlain, 1974) yang
didukung oleh pita serapan spektrum IR pada bilangan gelombang 1628,21 dan
1491,27 cm-1 yang
merupakan vibrasi C=C aromatik dan pada pergeseran kimia δ 3,88ppm terdapat
puncak singlet yang diduga dari proton gugus O-CH3 yang posisinya pada senyawa alkaloid hasil isolasi
belum dapat dipastikan (Jacobs, 1974)
Pergeseran kimia
pada daerah δ 1,25ppm terdapat puncak singlet dengan intensitas yang tinggi dari
proton CH3 yang belum dapat dipastikan jumlahnya.
Dan pergeeran kimia pada daerah 1,38-2,35 ppm terdapat puncak multiplet dari
proton CH dan CH2 yang kemungkinan menunjukk adanya
proton CH dan CH2 yang membentuk cincin alifatis dari
piperidin. Hal ini didukung oleh pita serapan pada dari spektrum IR pada
bilangan gelombang 2933,19 cm-1 yang menunjukkan
adanya vibrasi ulur C-H dan pada bilangan gelombang 1448,25 dan 1424,24 cm-1 yang menunjukkan adanya vibrasi regang CH2 dan CH3. Berdasarkan
data-data spektrum FT-IR dan spektrum 1H-NMR khususnya dengan adanya serapan gugus NH yang merupakan ciri dari
senyawa alkaloid maka diduga bahwa daun sidaguri (Sida rhombifolia L.)
mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu senyawa alkaloid.
PERMASALAHAN
dalam artikel diatas disebutkan bahwa gugus O-CH3 yang posisinya pada senyawa alkaloid hasil isolasi
belum dapat dipastikan dan pergeseran kimia
pada daerah δ 1,25ppm terdapat puncak singlet dengan intensitas yang tinggi dari
proton CH3 yang belum dapat dipastikan jumlahnya. padahal telah dilakukan analisis dengan menggunakan spektrofotometer
FT-IR dan 1H-NMR. dengan demikian struktur alkaloid tersebut tidak dapat ditentukan.
mengapa demikian? dengan hasil spektoskopi yang telah didapat diatas, dapatkah bibuat strukturnya atau ditentukan posisinya??
Baiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda, dalam penentuan struktur dengan menggunakan spektrofotometer ini, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu,
BalasHapus1. Jenis pelarut (polar, non polar).
2. pH larutan.
3. suhu
4. Kadar larutan,
Jika konsentrasi tinggi akan terjadi polimerisasi yang menyebabkan λ maksimum berubah sama sekali atau harga Io < Ia.
5. Tebal larutan,
Jika digunakan kuvet dengan tebal berbeda akan memberikan spektrum serapan yang berbeda.
6. Lebar celah.
Makin lebar celah (slit width) maka makin lebar pula serapan (band width), cahaya makin polikromatis, resolusi dan puncak-puncak kurva tidak sempurna.
Dari beberapa faktor diatas, menurut saya, yang menyebabkan sulitnya identifikasi struktur alkaloid dari daun sidaguri, itu karena ketebalan larutan yang diuji, karena, Jika digunakan kuvet dengan tebal berbeda akan memberikan spektrum serapan yang berbeda.
Menurut saya, dengan hasil spektroskopi yang telah didapantkan di atas, berkemungkinan belum begitu bisa digambarkan karena, masih terdapat beberapa kemungkinan yang belum jelas, sehingga akan sulit untuk menentukan posisinya juga, sekian, terima kasih, semoga dapat membantu.
Menurut saya, ketika melakukan isolasi pada sampel belum mendapatkan hasil pemurnian yang tepat sehingga ketika identifikasi menggunakan spektrometer hasilnya tidak dapat ditentukan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi ketika menggunakan spektrometer tersebut adalah jenis pelarut, pH larutan, suhu, kadar larutan, tebal larutan, lebar celah.
BalasHapusSehingga jika dari hasil yang didapatkan di atas belum dapat dibuat strukturnya dan posisinya pun belum dapat ditentukan.