Senin, 30 Desember 2013

UJIAN AKHIR SEMESTER


Soal Ujian Semester Kimia Bahan Alam



1.       Temukan dua senyawa alkaloid yang berisomer satu sama lain. Tuliskan struktur lengkap dan sumber darimana kedua senyawa tersebut ditemukan (link, referensi dsb).


   teobromin                                                                     teofilin         


     









2.       (a.) usulkan teknik isolasi dan pemurnian kedua senyawa yang berisomer tersebut.

Penentuan Kandungan Teobromin
1) Ekstraksi
0,2 gram coklat bubuk yang telah diekstraksi ditambahkan dengan 40 mL air dan direbus selama 30 menit. Kemudian disaring dengan whatman 44, dimasukkan dalam labu takar 50 mL, sampai tanda batas dan disaring dengan whatman 44.
2) Clean Up
Kolom sep – pak C18 dikondisikan dengan 5 mL methanol dan 5 mL air. Kemudian dilewatkan dengan 5 mL larutan hasil ekstraksi, setelah itu dicuci dengan 5 mL akuades. Kolom didiamkan sampai kering. Theobromin dan kafein dielusi dari kolom dengan menggunakan 10 mL kloroform (kolom dapat diregenerasi dengan pencucian menggunakan 50 mL methanol 80%  5 mL methanol. Kloroform diuapkan dengan penangas´dilanjutkan dengan 2  Lmair, residu yang terbentuk dilarutkan dengan 3 mL air. Sebanyak 20  larutan dianalisis dengan HPLC.

TEOFILIN
1.       50 gram serbuk teh kering dimasukan dalam bekker glass 500 ml tambahkan 25 gram MgO dan 350 ml air.
2.       Didihkan campuran diatas selama 30 menit, sambil diaduk-aduk.
3.       Saring panas-panas dengan kain saring kumpulkan filtrate hasil penyaringan 
4.       Sisa endapan (ampas teh) hasil penyaringan tambah dengan 250 ml air didihkan selama 30 menit. Kemudian saring panas-panasdengan kain saring kumpulkan filtrat jadikan satu dengan penyaringan terdahulu.
5.       Kedalam filtrate tambahkan 25 ml H2SO4 10% uapkan sampai 1/3 volume semula (saring bila ada larutan koloidal)
6.       Kemudian larutan diekstrasi dalam corong pemisah dengan 20 ml (3 kali), 15 ml (2 kali) dan 10 ml chloroform.
7.       Kumpulkan hasil ekstrasi, cuci dengan NaOH dan pisahkan dengan corong pemisah. Residu berada diatas, ambil ekstrak dilapisan bawah, tamping dalam beaker glass kering. (sebelumnya timbang dulu berat beaker).
8.       Cuci residu dengan 20 ml chloroform, campur hasil cucian dengan ekstrak bersih.
9.       Uapkan ekstrak dengan penangas air sampai kering.
10.   Timbang hasil ekstrak kofein kasar.
11.   Lakukan pemurnian ekstrak kofein kasar dengan sublimasi 
12.   Sublimasi dilakukan dengan cawan penguap porselin yang dilengkapi dengan corong gelas dan kapas dan kertas saring berlubang.
13.   Kristal kofein yang berwarna putih akan diperoleh dengan menguapkan ekstrak kofein kasar dalam cawan penguapan sampai habis.
14.   Timbang hasil dan hitung rendemennya.
15.   Tes identifikasi.
16.   Tes murexid :
Senyawa purin dalam hal ini etofilin, kofein,theobromin, dan teofilin dapat diidentifikasi dengan reaksi khusus/spesifik.
dimana identifikasinya dilakukan dengan cara melarutkannya pada ammonium. Teofilin karut pada amonium yang kemudian dipanaskan sehingga amonium menguap dan didapatkan senyawa teofilin.

(b.) Jelaskan alasan dan pemilihan pelarut untuk ekstraksi/pemurnian/isolasi tersebut.
Penentuan Kadar Teobromin
Teobromin dan kafein merupakan senyawa alkaloid yang terdapat dalam tanaman coklat. Senyawa – senyawa tersebut tersimpan dalam biji coklat. Analisis terhadap teobromin dan kafein dilakukan dengan menggunakan HPLC. Untuk menganalisis kedua senyawa golongan alkaloid ini, maka digunakan sampel coklat bubuk yang telah bebas dari lemak. Hal ini dilakukan karena keberadaan lemak akan mengganggu analisis teobromin dan kafein dengan HPLC. Sebelum dianalisis dengan HPLC maka sampel diberi perlakuan awal. Perlakuan awal yang diberikan adalah Ekstraksi Fasa Padat atau yang lebih dikenal dengan Solid Phase Extraction (SPE). Teknik SPE digunakan sebagai perlakuan awal terhadap sampel coklat bubuk atau untuk clean – up terhadap sampel yang masih mengandung pengotor.
Clean – up dilakukan untuk menghilangkan pengotor – pengotor yang masih terdapat dalam sampel yang akan dianalisis. Pada proses clean – up kali ini analit yang akan dianalisis akan tertahan pada penjerap yang digunakan (pada percobaan ini penjerap yang digunakan adalah C 18), sedangkan pengotor – pengotornya akan terelusi. Analit akan tertahan pada penjerap karena analit dan penjerap sama – sama bersifat nonpolar. Selanjutnya analit yang tertahan pada penjerap akan dielusi oleh sebagian kecil pelarut organik.
Tahap pertama menggunakan SPE adalah mengkondisikan penjerap C 18 dengan pelarut metanol dan air. Pengkondisian ini dilakukan untuk membasahi permukaan penjerap dan untuk menciptakan pH yang sama, sehingga perubahan – perubahan kimia yang tidak diharapkan ketika sampel dimasukkan dapat dihindari. Selanjutnya larutan sampel dilewatkan ke penjerap, maka analit yang diharapkan akan tertahan, sedangkan pengotor – pengotornya akan terelusi. Kemudian kolom (penjerap) dicuci dengan akuades untuk menghilangkan seluruh komponen yang tidak tertahan oleh penjerap. Tahap terakhir adalah elusi teobromin dan kafein dari kolom dengan kloroform. Pada tahap ini analit yang diharapkan yaitu teobromin dan kafein akan terelusi kedalam kloroform. Kemudian kloroform diuapkan dengan pengangas air.
Setelah seluruh kloroform habis teruapkan maka yang tersisa adalah residu bewarna putih. Residu bewarna putih itu adalah teobromin dan L nya kafein. Residu ini dilarutkan dalam 3 mL air dan sebayak 20  dianalis dengan HPLC.



TEOFILIN
Teofilin merupakan alkaloid turunan xantin (1, 3 dimetil xanthin). Derivate xantin ini tidak larut dalam air kecuali aminofilin. Teophilin mudah larut dalam air panas dan ammonium encer. Hal ini didasarkan pada kelarutan teofilin yang meningkat dengan bertambahnya suhu  

3.       usulkan tahap2 biosintesis kedua senyawa tersebut dengan reaksi2 kimia organik. Jelaskan dasar referensinya (sumber,link)

TEOBROMIN
Teobromin adalah molekul alkaloid yang dikenal juga sebagai metilsantin. Secara alami, metilsantin terdapat pada enam puluh spesies tanaman yang berbeda dan termasuk kafein (terutama pada kopi) dan teofilin (metilsantin primer dalam teh). Teobromin adalah metilsantin utama yang ditemukan pada pohon kakao (Theobroma cacao) (Amit et al, 2010). Senyawa ini diperoleh dari biji-biji coklat dan isolasi dari biji-biji tersebut dengan cara ekstraksi. Coklat Kristal teobromin berwarna putih, rasanya pahit dan mencair pada 357 0 C. Teobromin sukar larut dalam air dan pelarut-pelarut organik yang umum. Garam-garam teobromin umumnya dapat larut dalam air (Sumardjo,2006)
Teobromin mempengaruhi sistem tubuh manusia mirip dengan kafein, tetapi pada efek yang lebih kecil. Teobromin bersifat diuretik ringan, stimulan ringan, dan melemaskan otot-otot halus pada bronkus. Dalam tubuh manusia, tingkat teobromin yang dirasakan adalah antara 6-10 jam setelah dikonsumsi. Karena kemampuannya untuk melebarkan pembuluh darah, teobromin juga digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi (Amit et al, 2010).
BIOSINTESIS
Biosintesis dari teobromin dilakukan dengan tiga cara, antara lain :
a)  AMP → IMP → XMP →  xanthosine → 7-methylxanthosine → 7 -metilsantin →  teobromin.
 b) GMP → guanosin →  xanthosine → 7-methylxanthosine → 7 -metilsantin →  teobromin.
c) Santin →  3-metilsantin → teobromin (Ashihara et al, 2008)




TEOFILIN
Tahap I
Pada tahap ini mengacu pada serangkaian reaksi yang menghasilkan perubahan kimia relatif kecil yang membuat senyawa lebih hidrofil dan juga menyediakan suatu kelompok fungsional yang digunakan untuk menyelesaikan Tahap II reaksi. Pada tahap I ini, mayoritas reaksi dimediasi oleh sebagian besar keluarga enzim sitokrom P450. Fungsionalisasi reaksi tahap I adalah reaksi yang menghasilkan kelompok fungsional seperti dihidroksilasi atau kelompok fungsional sebagai hidrolisis ester.
Oksidasi yang dilakukan oleh P450, diantaranya adalah oksidasi aromatik (Propranolol, fenobarbital, fenitoin, fenilbutazon, amfetamin, warfarin); oksidasi alifatik (garamnya, sekobarbital, klorpropamid, ibuprofen, meprobamat, glutethimide, fenilbutazon, digitoxin); epoksidasi (Karbamazepin); N-dealkilasi (morfin, kafein, teofilin); O-dealkilasi (kodein); S- dealkilasi (6 -methylthiopurine); N-oksidasi, amina primer (chlorphentermine), amina sekunder (asetaminofen), amina tersier (nikotin, methaqualone); S-oksidasi (thioridazine, cimetidine, klorpromazin); deaminations (amfetamin, diazepam). Ada juga oksidasi yang dilakukan oleh non-P450, yaitu reaksi monoamine oxidase, mekanisme yang berbeda dengan hasil yang sama seperti P450 deaminasi (pembentukan imina diikuti oleh hidrolisis); flavin monooxygenase reaksi (FMO) (tapi reductases P450 juga menggunakan cat kuning sebagai FAD, dinukleotida flavin adenin, dan FMN, mononukleotida flavin).
Selain itu, pada tahap I ini terjadi reaksi pengurangan, misalnya pengurangan nitro (kloramfenikol, clonazepam), dan reduksi kelompok azo (prontosil, tartrazine); hidrolisis turunan karboksilat; hidrolisis asam ester (kokain, prokain, tetracaine, benzokain, succinylcholine), amida (lidocaine, mepivacaine, bupivakain, etidocaine, prilocaine).  Hidrolisis glukuronat  menimbulkan resirkulasi enterohepatik, dimana secara signifikan memperpanjang kehidupan beberapa obat, karena metabolit lipofilik diserap dalam jumlah cukup ke dalam portal sirkulasi yang mana mereka bisa masuk kembali ke hati.
2. Tahap II
Pada tahap ini terjadi reaksi penambahan atau unmasking fungsional yaitu proses oksidasi atau hidrolisis. Pada Tahap II, reaksi ditandai dengan konjugasi zat endogen. Reaksi Tahap II penting tidak hanya untuk menghilangkan obat-obatan tetapi juga untuk detoksifikasi obat yang metabolitnya reaktif, yang sebagian besar dihasilkan oleh metabolism. Reaksi metabolisme yang pertama pada tahap II ini terjadi pada pembentukan glukuronat yang merupakan langkah penting dalam penghapusan banyak zat endogen yang penting dari tubuh, termasuk bilirubin, asam empedu, hormon steroid, dan biogenik amina sebagai serotonin.  Reaksi yang umum terjadi melalui transfer asam glukuronat, bagian dari asam glukuronat uridin-difosfat (UDPGA) pada molekul akseptor. Proses ini disebut juga glukuronosilasi atau glukuronosidasi]. Bila enzim mengkatalisis reaksi ini, mereka juga disebut sebagai UDP glukuronosiltransferase (UGTs) (acetaminophen, ibuprofen, morfin, diazepam, meprobamate, digitoxin, digoxin).
Selain itu, reaksi pada Tahap II berupa reaksi sulfat (asetaminofen, metildopa, 3-hidrokumarin, estrone); konjugasi glutathione (asam etakrinat); asetilasi (sulfonamid, isoniazid,
clonazepam, dapson); metilasi (dopamin, epinefrin, histamin, thiouracil).


4.       tentukan bagaimana cara mengelusidasi struktur lengkap dari kedua senyawa tersebut.

Metode yang umum digunakan adalah metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) (USP 2003) namun karena dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan sulit maka dilakukan dengan metode
metode spektrofotometri derivatif ultraviolet (SDUV). Kedua metode ini memiliki karakteristik yang sama

Analisis Kuantitatif Teofilin dengan Metode SDUV
Larutan stok standar teofilin 100 ppm disiapkan dengan melarutkan 0.01 g teofilin dalam metanol, diaduk dengan pengaduk magnet selama 30 menit, disaring, dan ditepatkan volumenya dengan metanol di dalam labu takar 100 mL, kemudian diencerkan sehingga konsentrasi larutan standar menjadi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 ppm dalam labu takar 10 mL. Larutan stok contoh yang setara dengan konsentrasi teofilin sebesar 100 ppm disiapkan dengan melarutkan sejumlah tertentu contoh (yang telah digerus) dalam metanol, selanjutnya dilakukan pengadukan selama 30 menit, disaring, dan ditepatkan volumenya dengan metanol dalam labu takar 50 mL, kemudian larutan contoh diencerkan sehingga konsentrasinya menjadi 25 ppm dalam labu takar 10 mL. Setelah itu, dibuat spektrum absorbans standar dan contoh
menggunakan spektrofotometer UV dengan kecepatan penyapuan 100, 200, 400, 800, dan 1200 /menit. Spektrum standar dan contoh dengan konsentrasi yang sama dioverlay dan diolah dengan UV-solutions
untuk memperoleh kondisi optimum pengukuran. Parameter yang ditetapkan antara lain orde turunan, orde penghalusan, dan jumlah jendela. Analisis kadar teofilin di dalam contoh dan validasi metode SDUV dilakukan berdasarkan kondisi optimum yang telah ditetapkan.

Senyawa-senyawa turunan xantin diketahui memiliki beberapa aktivitas farmakologis, diantaranya sebagai bronkodilator. Meskipun penggunaannya sebagai obat anti asma telah cukup dikenal, tetapi turunan xantin diketahui memiliki efek samping yang kurang menguntungkan yaitu penekanan pada jantung dan sistem syaraf pusat. Beberapa penelitian mengenai modifikasi siniktur xantin guna mendapatkan turunan yang lebih poten dan selektif telah dilakukan. Berdasarkan penehtian terdahulu, diketahui bahwa subsitusi pada atom N' xantin dapat ineningkatkan aktivitas dan selektivtasnya sebagai bronkodilator. Teobromin (3,7,-dimetilrantin) adalah turunan xantin yang memiliki N' tidal( tersubstitus, dan dapat digunakan sebagai bahan pemula untuk mensintesis turunan xantin yang termodifikasi pada atom N'. Pada penelitian in./ telah dilakukan sintesis dua turunan alkil teobromin, yaitu : NI - n-propil teobromin , dan N1-n-butil teobromin. Sintesis dilakukan me/Aui reaksi alkilasi inenggunakan n-propil bromida. dan bromida. Metoda sintesis dilakukan dengan merefluks teobromin dart alkil bromida dalam media pelarut basa selama 27-30 jam, dilanjutkan dengan rekristalisasi menggunakan kloroform. Hasil sintesis berupa kristal putih berbentuk jarum halus dengan rendemen sekitar 30 %. Uji kemurnian dilakukan dengan kromatografi lapis tipis, uji titik lebur, dan kromatografi gas. Penetapan struktur molekill basil sintesis dilakukan dengan analisa spektrofotometer ultraviolet, spektrofotometer inframeralt� spektrometer dan spektrometer massa (GC-MS). Hasil analisis elusidasi struktur memastikan bahwa basil sintesis adalah N1-n-propil teobromin, dan NI -n-butil teobromin. Uji aktivitas hayati dilakukan secara in vitro menggunakan preparat trakea marmot, dengan mengamati kemampuan senyawa menghilangkan kontraksi otot polos trakea yang disebabkan oteh histamin, dan dibandingkan dengan teofilin. Hasil uji hayati menunjukkan bahwa kedua Manua tebromin memiliki aktivitas sebagai relaksan otot polos trakea lebih besar dibanding teofilin. Aktivitas teobromin lebih kecil dui pada N1-n-butil teobrornin Kata kunci : teobromin, N'-n-propil teobromin, N'n-butil teobromin, relaksan trakea



Senin, 09 Desember 2013

MID SEMESTER



NAMA    :ICE LELY T SITOHANG
NIM        :A1C111053

1.        Cari diartikel tentang tehnik identifikasi dari suatu senyawa terpenoidNama artikel, almat web, dasar artikel
   Reagen yang digunakan untuk identifikasi terpenoid  adalah pereaksi lieberman burchad.
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setat anhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil didalam kloroform setelah. Alasan penggunaan kloroform adalah karena golongan senyawa ini paling larut baik didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalah tidak mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air maka asam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalan dan turunan asetil tidak akan terbentuk. Pereaksi berfungsi untuk membentuk turunan asetat dari sampel yang diidentifikasi.

Mengapa dengan reagen tersebut tidak cocok untuk mengidentifikasi golongan lain seperti flavonoid, alkaloid atau fenolik lain?

Reagen ini biasa digunakan untuk mengidentifikasi secara kualitatif suatu kolesterol. Biasanya reagen Lieberman Burchard digunakan dengan cara menyemprotkan larutannya pada kolesterol yang sudah di-kromatografi-kan (TLC). Apabila mengandung Triterpenoid, maka akan memberikan warna merah sedangkan apabila mengandung Steroid, akan memberikan warna biru dan hijau.
Pereaksi ini tidak digunakan pada golongan lain karena tidak berfungsi atau tidak akan dapat diidentifikasi. Dimana terpenoid banyak mengandung kolesterol dan fungsi dari pereaksi liebrman burchad itu sendiri adalah untuk menghasilkan turunan senyawa asetil dari terpenoid. Pada golongan lain tidak akan terbentuk turunan asetil sehingga akan memberikan hasil yang berbeda.



2.        Dengan cara yang sama cari tehnik isolasi tentang senyawa terpenoid
Isolasi Senyawa Bahan Alam
Isolasi adalah proses pemisahan komponen – komponen kimia yang terdapat suatu bahan organisme . isolasi terdiri dari pemisahan , pemurnian , identifikasi dan penetapan . salah satu cara isolasi umum digunakan adalah kromatografi . pemisahan dari kromatografi ini didasarkan pada sifat adsorbsi atau partisi dari senyawa yang dipisahkan terhadap adsorben dan cairan pengulasi .
Kromatografi adlah cara pemisahan komponen dalam sediaan secara penyarian berfraksi , penyerapan , penukar ion pada zat berpori , atau dengan menggunakan cairan atau gas pengalir . pemisahan terjadi karena komponen cuplikan bergerak dengan jarak yang berbeda yang di sebabka oleh perbedaan retensi komponen yang dipisahkan . terjadinya pemisaha komponen yang disebabkan oleh adanya perbedaan distribusidi antara dua fasa , yaitu fasa diam dan fasa bergerak.
Beberapa teknik kromatografi yang sering dilakukan adalah kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom biasa, kromatografi kolom vakum cair, dan kromatografi gais-cair.
Prosedur penelitian
a. Ektraksi
sampel daun direndam (maserasi) dengan menggunakan metanol + 3-4 hari. Setelah itu maserat yang diperoleh dikumpulkan, disaring, dan dipekatkan dengan penguap bertekanan rendah hingga diperoleh residu yang kering. Selanjutnya ekstrak yang diperoleh dipartisi dengan menggunakan etil asetat : air = 1 :1 sebanyak 3 kali menghasilkan 2 fase yaitu fase etil asetat dan fase air. Selanjutnya dilakukan uji reaksi liberan buchard terhadap kedua fase. Dari uji kedua fase diketahui fase etil asetat yang lebih memberikan hasil positif atau yang mengandung senyawa terpenid. Kemudian dilakukan evaporasi terhadap fase vetil asetat sehingga diperoleh ekstrak kental.
b. Fraksinasi.
Pada tahap ini dilajutkan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan beberapa campuran pelarut yang dilakukan terhadap ekstrak etil asetat untuk melihat komposisi dan sistem pelarut yang tepat yang akan digunakan dalam fraksinasi pada kromatografi kolom. Sistem pelarut antara lain : n-heksan : etil asetat = 2 : 1, metanol : air = 5 : 1, kloroform : metanol : air= 7 : 3 : 1. setelah diuji hasil KLT dan diperoleh sistem pelarut- ekstrak yang tepat , selajutnya dilakukan pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak dengan kromatografi kolom. Sampel ekstrak yang mungkin selanjutnya dilarutkan dengan kloroform untuk dihomogenkan dan setelah cukup kering dimasukkan kedalam kolom danm dielusi dengan campuran n-heksan : etil asetat menurut kenaikan gradien poleritas pelarut, mulai dari perbandingan 10 :1 sampai dengan 1 :1. selanjutnya dilakukan kromatohgrafi lapis tipis terhadap masing-masing komponen sehingga dihasilkan beberapa macam fraksi. Fraksi-fraksi yang mempunyai nilai Rf yang sama digabung menjadi satu fraksi.
c. Pemurnian
Fraksi yang telah dikumpulkan tadi, selajunya diuapkan kemudian dilakuakan rekristalisasi. Padatan komponen tersebut dilarutkan dengan pelarut methanol pada suhu 50o C, kemudian disaring dengan corong buchner selagi panas. Jika larutan berwarna, ditambahkan norit 1-2% dari berat padatan komponen tadi, kemudian disaring kembali dan filtratnya didinginkan dalam air es sampai terbentuk kristal.
d. Karakterisasi
kristal yang diperoleh uji kemurniannya dengan kromatografi lapis tipis dalam eluen n-heksan : etil asetat (2:1) dilanjutkan dengan pengujian titik leleh dan diidentifikasi dengan uji pereaksi Liberman – Buchard.
Jelaskan dasar ilmiah penggunaan pelarut dan tehnik-tehnik isolasi dan purifikasi
1.             Maserasi- metanol
pelarut metanol merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder. Sifat dari metanol adalah pelarut yang polar. Kepolaran metanol yang polar menarik metabolit sekunder dalam sampel yang juga polar. Sehingga didapat senyawa yang benar benar murni.
2.      Kromatografi lapis tipis (KLT)
Sistem pelarut yang digunakan antara lain : n-heksan : etil asetat = 2 : 1, metanol : air = 5 : 1, kloroform : metanol : air= 7 : 3 : 1.
Dalam suatu sampel terdapat banyak metabolit dengan sifat berbeda dan kepolaran yang berbeda. ada yang non polar, semi polar dan sangat polar. Setiap metabolit tersebut akan larut dan terpisah pada pelarut yang digunakan. Misalnya kloroform. Kloroform berfungsi mengikat senyawa senyawa semi polar. N-heksan berfungsi untuk menghilangkan air. Metanol berfungsi untuk mengikat senyawa yang sangat polar. Setelah dilakukan pemisahan kemudian dipanaskan dan akan didapat senyawa yang murni.

3.        Pelajari cara biosintesis suatu terpenoid. Identifikasilahsekurang-kurangnyalimajenisreaksiorganikyangterkaitdenganbiosintesistersebutdanjelaskanreaksinya?
Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan struktur yang besar dalam produk alami yang diturunkan dan unit isoprene (C5)yang bergandengan dalam model kepala ke ekor, sedangkan unit isoprene diturunkan dari metabolism asam asetat oleh jalur asam mevalonat (MVA). Adapun reaaksinya adalah sebagai berikut: 
Gambar 1 Jalur Asetat dalam Pembentukkan IPP yang Merupakan Batu Bata Pembentukkan Terpenoid Via Asam Mevalonat
Secara umum biosintesa terpenoid terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1.       Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepada ke-ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ison pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.

2.       Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-, dan poli-terpenoid.
Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP, dengan mekanisme yang sama seperti antara IPP dan DMAPP, menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen. Senyawa-senyawa diterpen diturunkan dari geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara atau satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama pula.

3.       Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.
Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP dan GGPP untuk menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya.

Mekanisme biosintesa senyawa terpenoid adalah sebagai berikut: 
 



Aturan isopren telah membantu pemahaman tentang struktur dan proses pembentukan senyawa golongan terpenoid. Secara alamiah, senyawa isopren itu tidak ditemui dialam, tetapi yang dialam yang ditemui adalah isoprenoid (C5 Building Block):  dimethyllyl pyrophosphate (DMAP) dan Isopentylallyl pyrophophate (IPP) yang memiliki kerang unit C-5. Isoprenoid inilah yang saling bergabung bereaksi dalam membentuk berbagai macam variasi struktur terpenoid.

Isoprenoid dapat dibiosynthesis melalui 2 jalur  yaitu :

1. jalur mevalonat
2. jalur non mevalonat

Kedua jalur ini pada akhirnya adalah sama-sama menghasilkan senyawa isoprenoid. Selanjutnya isoprenoid DMAPP and IPP and bergabung untuk membentuk geranyl pyrophosphate (GPP, memilki kerang C-10), farnesyl pyrophospate (FPP, memiliki kerangka C-15) dan geranyl-geranyl pyrophosphate (GGPP, memiliki kerangka C-20). GPP, FPP dan GPP terbentuk melalui penggabungan ekor-kepala dari isoprenoid. Sedangkan khusus untuk pembentukan yang terbentuk dari penggabungan 2 FPP, proses pembentukannya terjadi melaui mekanisme penggabungan kepal-kepala.

GPP merupakan prekursor untuk pembentukan senyawa monoterpenoid, FPP pembentuk senyawa sesquiterpenoid, GPP pembentuk senyawa diterpenoid dan squalene pembentuk senyawa triterpenoid dan steroid.

4.    Salah satu bioaktivitas terpenoid berhubungan dengan hormone laki-laki dan perempuan, jelaskan gugus fungsi yang mungkin berperan sebagai hormone baik pada testosterone dan estrogen. Misalnya pada hormone testosterone itu yang paling aktif??
         

Sintesis Hormon Steroid
Dalam dua langkah pertama sintesis semua hormon steroid, kolesterol akan diubah menjadi progesteron. Enzim pemutus rantai-sisi sitokrom P450scc, yang terletak di membrane mitokondria bagian dalam, mengeluarkan 6 karbon dari rantai sisi kolesterol, membentuk pregnenolon.
Kemudian, pregnenolon akan diubah menjadi -hidroksisteroid dehidrogenase.bprogesteron dengan dikatalisis oleh 3 Hormon steroid lain dibentuk dari progesteron oleh reaksi yang melibatkan anggota famili P450.1
Konversi pregnenolon menjadi testosteron memerlukan lima aktivitas enzim -hidroksisteroidbyang terdapat di dalam tiga protein: (1) 3  hidroksilase dana5,4 isomerase; (2) 17D-OHSD) dan bdehidrogenase (3 -OHSD)b-hidroksisteroid dehiprogesterondrogenase (17bC17,20 liase; dan (3) 17 4. Pregnenolon dapat pula diubahDlintasan ini dikenal sebagai lintasan  menjadi testosteron lewat lintasan dehidroepiandrosteron (DHEA) (atau 5). Kemudian dari DHEA dirubah menajdi androstenedion,Dlintasan  5 tampaknya lebih disukai di dalamDkemudian menjadi testosteron. Jalur  testis manusia.1,2 Pada sel sasaran, ikatan rangkap pada cincin A testosteron mengalami reduksi sehingga terbentuk hormon aktif yaitu Dihidrotestosteron (DHT). 1,2 -estradiol (E2), yakni hormon seksbTestis juga membuat hormon 17 perempuan, dalam jumlah yang sedikit tetapi bermakna. Sebagian besar hormon E2 dihasilkan dari reaksi aromatisasi perifer hormon testosteron dan androstenedion. Sel Leydig, sel Sertoli dan tubulus seminiferus diperkirakan terlibat dalam produksi hormon E2. Peranan E2 pada pria belum ditentukan, tetapi hormon ini mungkin turut serta dalam pengaturan FSH. Kadar hormon E2 yang tinggi dan abnormal di dalam plasma serta perubahan pada rasio E2 bebas:testosteron berkaitan dengan gejala ginekomastia (pembesaran payudara pria) pubertas atau pascapubertas, khususnya pada orang yang lebih tua dan pada penderita penyakit hati yang kronis atau penderita hipertiroidisme.2


Metabolit Testosteron
Lintasan Metabolik: Testosteron dimetabolisasi lewat dua buah lintasan. Lintasan yang satu meliputi oksidasi pada posisi-17, dan lintasan lainnya melibatkan reduksi ikatan-rangkap cincin A serta gugus 3-keton. Metabolisme lewat lintasan pertama terjadi di banyak jaringan, termasuk hati, dan menghasilkan seprogesteronnyawa 17-ketosteroid yang umumnya bersifat inaktif serta kurang aktif bila dibandingkan senyawa induknya. Metabolisme lewat lintasan kedua. yang kurang efisien, terutama terjadi di jaringan target dan menghasilkan metabolit dihidrotestosteron yang poten.2
Metabolit Testosteron: Produk metabolik testosteron yang paling bermakna adalah dihidrotestosteron (DHT), karena senyaprogesteronwa ini di banyak jaringan, termasuk prostat, genitalia eksterna dan sebagian daerah kulit, merupakan bentuk aktif hormon testosprogesteronteron. Reaksi pembentukan -reduktase yang bergantung pada NADPH. AdaaDHT dikatalisis oleh enzim 5 -redukprogesterontase, yaitu: tipe I dan II. Tipe I terutamaadua bentuk enzim 5 diekspresikan di hati. Tipe II diekspresikan di jaringan reproduksi dan merupakan target perifer. Dengan demikian testosteron dapat dianggap sebagai proprogesteronhormon. karena senyawa ini diubah menjadi senyawa yang jauh lebih poten (dihidrotestosteron) dan karena sebagian besar konprogesteronversi ini terjadi di luar testis.2

Biosintesis dan Metabolisme Hormon Ovarium Serupa dengan Hormon Laki-Laki
Estrogen merupakan famili hormon yang disintesis di berprogesteronbagai jaringan. -Estradiol merupakan hormon estrogen primer yang asalnya dari ovariumb17 . Pada beberapa spesies, estron yang disintesis di dalam sejumlah jaringan terdapat dengan jumlah yang lebih berlimpah. Pada kehamilan estriol diproduksi dalam jumlah yang relatif lebih banyak dan hormon ini berasal dari placenta. Lintasan umum dan lokalisasi subselular enzim yang terlibat pada tahap awal sintesis estradiol sama seperti yang terprogesteronlibat pada biosintesis androgen. 2
Estrogen dibentuk melalui reaksi aromatisasi androgen dalam suatu proses yang kompleks dan melibatkan tiga tahap hidrokprogesteronsilasi yang masing-masing memerlukap O2 dan NADPH. Komprogesteronpleks enzim aromatase diperkirakan mencakup pula enzim P-450 oksidase dengan fungsi campuran. Estradiol terbentuk bila subsprogesterontrat bagi kompleks enzim ini adalah testosteron, sedangkan estron terjadi dari hasil reaksi aromatisasi androstenedion.2

Sel teka merupakan sumber androsprogesterontenedion dan testosteron. Kedua hormon ini diubah oleh enzim aromatase di dalam sel granulosa menjadi masing-masing estron dan estradiol. Estrogen dalam jumlah yang berarti dihasilkan melalui reaksi aromatisasi perifer hormon androgen. Pada pria, aromatisasi perifer testosteron menjadi estradiol (E2) membentuk 80% dari jumlah produksi hormon estradiol ini. Pada perempuan. hormon androgen adrenal merupakan substrat yang penting, karena 50% dari E, yang diproduksi selama kehamilan, berasal dari reaksi aromatisasi androprogesterongen.2

Struktur Estrogen1
Estrogen steroid alami yang paling kuat di dalam tubuh manusia adalah -estradiol, diikuti oleh estron dan, akhimya, estriol. Ketiganyab17 adalah suatu steroid 18-karbon dengan sebuah cincin fenolat A (suatu cincin aromatik dengan sebuah gugus hidroksil melekat ke karbon 3), ditambah dengan gugus hidroksil (estradiol) atau gugus keton (estron) di C17. Konfigurasi ini menyebabkan steroid-steroid ini berikatan secara selektif dan erat dengan reseptor esprogesterontrogen.

Jelaskan gugus fungsi yang mungkin berperan sebagai hormone baik pada testosterone dan estrogen
Pada sintesis hormon, terdapat enzim yang akan mengikat gugus metil( gugus karbon)
Enzim yang mengikat gugus tersebut yang akan mentukan fungsinya pada tubuh.
Konfigurasi ini menyebabkan steroid-steroid ini berikatan secara selektif dan erat dengan reseptor esprogesterontrogen.