Penentuan struktur
Struktur molekul
senyawa 1 dan 2 ditetapkan berdasarkan hasil analisis data
spektroskopi, yang meliputi spektrum UV, IR, dan NMR. Spektrum UV diukur dalam
larutan menggunakan pelarut metanol, dengan pereaksi geser NaOH. Spektrum IR
ditentukan dalam bentuk padatan pelet KBr, dan spektrum NMR diukur dalam
pelarut CDCl3 dan aseton-d6.
Pembahasan
Maserasi
serbuk kering daun sukun (A. Altilis ) dengan metanol menghasilkan ekstrak
metanol berupa gum berwarna hijau gelap. Partisi ekstrak metanol tersebut ke
dalam etil asetat dan air menghasilkan fraksi etil asetat, yang selanjutnya
difraksinasi menggunakan teknik KVC-silika gel menghasilkan lima fraksi utama A-E.
Pemurnian fraksi B dengan teknik kromatografi radial (silika gel) menghasilkan
senyawa 1 dan 2.
Hasil pengukuran
sifat fisik dan spektroskopi kedua senyawa tersebut adalah sebagai berikut
Senyawa 1, diperoleh
dalam bentuk gum berwarna kuning; UV (MeOH) λmaks nm: 206,
232
(bahu), 277,
314; UV (MeOH+NaOH) λmaks nm: 207, 253 (bahu), 332; IR (KBr) νmaks cm-1: 3401,
2923, 2855, 1633, 1496, 1446, 1337, 1284, 1208, 1134, 988, 799; 1H NMR (CDCl3) δ ppm: lihat Tabel
1; 13C NMR (CDCl3) δ ppm: lihat Tabel 1.
Senyawa 2, diperoleh
dalam bentuk serbuk putih kekuning-kuningan, [α]D = - 30 (c 0,1,
MeOH); UV (MeOH) λmaks nm: 201, 225 (bahu), 293, 344; UV (MeOH+NaOH)
λmaks
nm: 208, 247 (bahu), 332; IR (KBr) νmaks cm-1: 3436,
2978, 2913, 2847, 1630, 1602, 1517, 1436, 1383, 1278, 1229, 1186, 1169, 1071,
833; 1H NMR (aseton-d6) δ ppm: 12,13 (1H, s), 9,00 (2H, sangat
melebar), 7,39 dan 6,89 (masing-masing 2H, d, J = 8,8 Hz), 6,04
(1H, s), 5,42 (1H, dd, J = 12,8 dan 2,8 Hz), 5,20 (1H, brt,
J = 6,0 Hz), 5,06 (1H, tm, J = 6,8 Hz), 3,21 (2H, d,
J = 7,2 Hz), 3,11 (1H, dd, J = 17,2 dan 12,8 Hz), 2,74
(1H, dd, J = 17,2 dan 2,8 Hz), 2,01 (2H, t, J = 6,4
Hz), 1,91 (2H, t, J = 7,2 Hz), 1,60 (6H, brs), 1,55 (3H, brs).
Spektrum UV senyawa 1 memperlihatkan serapan maksimum pada λmaks 206, 232
(bahu), 277, 314 nm, yang sesuai dengan kromofor benzoil tersubstitusi, dan
memperlihatkan pergeseran batokromik pada penambahan larutan NaOH, yang berarti
adanya gugus fenol bebas pada kromofor tersebut. Spektrum IR senyawa 1 menunjukkan
adanya gugus fungsi hidroksil (νmaks 3401 cm-1), alkil (νmaks 2923 dan
2855 cm-1), karbonil terkonjugasi (νmaks 1633 cm-1),
dan aromatik (1496 cm-1). Spektrum 13C NMR senyawa 1 (Gambar 2)
memperlihatkan 25 sinyal yang terpisah dengan baik untuk 25 atom karbon, yang terdiri
dari satu karbon karbonil terkonjugasi (δC 204,1ppm), 16
karbon-sp2 dan 8 karbon-sp3. Dengan memperhatikan intensitas
sinyal, 16 karbon-sp2 dapat dirinci terdiri dari 4 =C-O- (oksiaril), 5
=C (kuarterner)-, dan 7 =CH (metin aromatik/alkena); sementara 8 karbon-sp3
terbagi ke dalam 5 C-metilen dan 3 C-metil. Berdasarkan pengetahuan fitokimia Artocarpus,
serta memperhatikan jenis-jenis karbon, maka dapat disarankan bahwa senyawa 1
adalah suatu dihidrokalkon yang mengandung empat gugus hidroksil dan satu
gugus geranil. Unit-unit struktur yang terdapat pada senyawa 1 selanjutnya
diidentifikasi berdasarkan sinyal-sinyal proton pada spektrum 1H NMR (Tabel 1).
Spektrum 1H NMR senyawa 1 memperlihatkan adanya sinyal pada δH 12,85 ppm
untuk gugus –OH terkelasi dengan gugus –C=O, dua sinyal triplet dari dua gugus metilen
pada δH
3,11 dan 2,97 ppm untuk dua gugus metilen-α dan –β dari
dihidrokalkon, dan sejumlah sinyal yang sesuai dengan satu unit geranil
(sinyalsinyal pada δH 5,17, 5,02, 3,40, 2,08, 2,06, 1,79,
166, 1,57 ppm). Selain itu, analisis sinyal-sinyal di daerah aromatik
menunjukkan adanya unit 1,2,3,4-tetrasubstitusi benzena (δH 6,71 dan 6,65
ppm) dan gugus 2,4-dihidroksibenzoil (δH 7,58, 6,37 dan
6,35 ppm). Dengan memperhatikan nilai geseran kimia sinyal-sinyal proton dari
dua unit aromatik tersebut, maka disimpulkan bahwa senyawa 1 adalah
2-geranil-2’,4’,3,4-tetrahidroksidihidrokalkon. Perbandingan data 13C NMR
(Tabel 1) antara senyawa 1 yang diisolasi dengan yang dilaporkan
memperlihatkan kesesuaian yang tinggi (Patil et al., 2002). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa 2-geranil-2’,4’,3,4-tetrahidroksidihidrokalkon
ditetapkan sebagai senyawa 1
Spektrum UV dan
IR senyawa 2 mirip dengan spektrum UV dan IR senyawa 1, yang berarti
bahwa senyawa 2 juga memiliki kromofor benzoil tersubstitusi. Walaupun
demikian, spektrum 1H NMR senyawa 2 memperlihatkan tiga sinyal proton
alifatik, masing-masing satu hidrogen dengan multiplisitas double doblet (dd),
dari sistem ABX pada δH 5,42, 3,11, dan 2,74 ppm, serta sinyal
proton gugus hidroksil yang terkelasi pada δH 12,13 (s),
yang menunjukkan bahwa senyawa ini adalah turunan dari flavanon. Spektrum 1H
NMR senyawa 2 juga memperlihatkan sejumlah sinyal proton alifatik, yaitu
pada δH
5,20 (1H, brt), 5,06 (1H, tm), 3,21 (2H, d), 2,01 (2H, t),
1,91 (2H,t), 1,60 (6H, brs), dan 1,55 (3H, brs) ppm, yang
sesuai dengan gugus geranil. Adanya dua gugus hidroksil yang lain pada δH 9,00 (2H,
sangat melebar), memberi petunjuk bahwa, selain gugus geranil, flavanon ini
juga memiliki tiga substituen –OH. Berdasarkan sinyalsinyal aromatik yang ada,
salah satu unit aromatiknya adalah gugus 4-hidroksifenil, sebagaimana terlihat adanya
dua sinyal doblet pada δH 7,39 dan 6,89 ppm (masing-masing 2H, d,
J = 8,8 Hz), yang menjelaskan keadaan cincin B dari flavanon tersebut,
serta sekaligus menyarankan dua gugus –OH lainnya dan gugus geranil berada di
cincin A. Sesuai dengan kelaziman pola oksigenasi flavanon, kedua gugus –OH
dapat diperkirakan berada pada posisi C-5 dan C-7, sementara gugus geranil
dapat berada pada posisi C-6 atau C-8, sehingga muncul sinyal proton aromatik
yang lain pada spektrum 1H NMR pada δH 6,04 ppm. Selanjutnya,
dengan mempertimbangkan nilai geseran kimia sinyal singlet dari proton aromatik
tersebut, dapat diperkirakan bahwa gugus geranil berada pada C-8. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa struktur molekul senyawa 2 adalah
8-geranil-4’,5,7-trihidroksiflavanon. Bukti yang mendukung kesimpulan tersebut diperoleh
berdasarkan adanya kesesuaian yang tinggi pada parameter NMR senyawa 2 dengan
data yang sama yang telah dilaporkan (Patil et al., 2002). Stereokimia
pada atom karbon kiral C-2 ditetapkan berdasarkan konstanta kopling sinyal
dobel doblet H-2 pada δH 5,42 ppm (12,8 dan 2,8 Hz). Adanya
kopling besar (12,8 Hz) yang dimiliki oleh H-2 berarti bahwa konfigurasi
hidrogen tersebut adalah aksial, sehingga dengan memperhatikan nilai putaran
optik spesifiknya, maka dapat disimpulkan stereokimia absolut H-2 adalah S.
Penemuan turunan geranil dari dihidrokalkon (1) dan flavanon (2)
pada daun sukun (A. altilis) melengkapi penelitian terdahulu terhadap
tumbuhan ini, serta memberi arti yang penting pada aspek fitokimia tumbuhan Artocarpus
sp. secara keseluruhan. Senyawa 1 telah ditemukan sebelumnya
dari daun tumbuhan yang sama yang tumbuh di Thailand (Shimizu et al., 2000a).
Penemuan kembali senyawa ini pada tumbuhan yang sama asal Jawa Barat memberi
arti bahwakeberadaan senyawa ini pada bagian daun tidak terpengaruh oleh
perbedaan geografis tempat tumbuh tumbuhan ini. Selain itu, senyawa 1,
bersama-sama dengan senyawa 2, juga telah ditemukan pada bunga A. communis
asal Indonesia (Fujimoto et al., 1987). Adalah menarik untuk dicatat
di sini bahwa berbagai senyawa turunan flavonoid sejenis senyawa 1 juga
telah diisolasi dari daun A. incisus (Shimizu et al., 2000b) dan A.
nobilis (Jayasinghe et al., 2004). Dengan demikian, berbeda dengan
kandungan flavonoid di dalam bagian batang dan kayu yang lebih dominan dari jenis
3-prenilflavon serta turunan siklisasinya, bagian daun dari tumbuhan Artocarpus
sp. lebih cenderung menghasilkan turunan geranil dari kalkon, dihidrokalkon,
dan flavanon. Tambahan pula, daun A. integra (Cempedak) telah dilaporkan
mengandung turunan flavan-3-ol, katekin (Yamazaki et al., 1987). Senyawa
1 telah dilaporkan memiliki efek biologis yang potensial sebagai
inhibitor 5-
lipooksigenase
(Fujimoto et al., 1987), yang berperan pada proses alergi, dan catepshin
K (Patil et al., 2002), suatu enzim sistein protease yang terlibat
dalam proses ostereoporosis, serta sebagai antiinflamasi (Koshihara et al.,
1988). Potensi senyawa 1 sebagai bahan obat antialergi dan antitumor
telah dipatenkan (Fujimoto et al., 1987; Fujimoto et al., 1988)
termasuk juga metode sintesisnya (Nakano dan Kuchida, 1990).
Kesimpulan
Dua senyawa
turunan flavonoid tergeranilasi, yaitu 2-geranil-2’,4’,3,4-tetrahidroksidihidrokalkon
(1) dan 8-geranil-4’,5,7-trihidroksiflavanon (2), telah berhasil
diisolasi dari ekstrak metanol daun sukun (A. altilis)