Tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat insektisida
khususnya yang mudah diperoleh dan dapat diramu sebagai sediaan insektisida1
untuk pengendalian hama gudang yang efektif dan
tidak berpengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungannya. Lada merupakan
salah satu tanaman yang mengandung senyawa terpenoid sekitar 1 – 4 %. Penggunaan
lada sebagai sumber potensial insektisida botani pernah dilaporkan oleh Arnason
(1993) dan Isman (1995) sedangkan
daun lada dilaporkan pula dapat digunakan sebagai insektisida terhadap ngengat
dalam lemari pakaian. Daya insektisidal yang terdapat dalam buah lada cukup
efektif untuk melindungi produk pertanian misalnya digunakan sebagai pencegah daya
makan (antifeedant) terhadap hama gudang. Pengendalian hama gudang (Callosobruncus
chinensis) dengan menggunakan daun lada merupakan salah satu contoh
penggunaan insektisida botani yang memiliki sifat mudah terurai (biodegradable)
di alam
sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia karena
residunya mudah hilang. Insektisida tersebut juga bersifat pukul dan lari, yaitu
apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu setelah hamanya
terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di alam.
Hingga saat ini informasi tentang
pemanfaatan daun lada sebagai sumber insektisida botani masih sangat terbatas,
sehingga perlu diadakan penelitian tentang pemanfaatan daun lada tersebut. Penelitian
ini bertujuan mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa terpenoid pada daun lada
dan menguji sifat bioaktivitas terhadap hama gudang Callosobruncus chinensis
pada biji kacang hijau.
Identifikasi
Senyawa Terpenoid
Sampel yang telah diisolasi kemudian diidentifikasi
dengan metode spektroskopi, yaitu spektroskopi UV-Vis, IR dan GC-MS.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil perendaman daun lada disaring
sehingga didapatkan filtrat yang kemudian dipekatkan dengan penguap putar yang
bertujuan memekatkan filtrat dengan suhu (30 – 400C
dan putaran 60rpm) rendah menggunakan bantuan vakum sehingga senyawa-senyawa
dalam filtrat relatif aman dari kerusakan akibat pemanasan yang berlebihan.
Dari hasil pemekatan didapatkan ekstrak kental sebanyak 50 gram. Ekstrak kasar aseton yang diperoleh
dipartisi dengan menggunakan n-heksana : air (1 : 1). Partisi ini bertujuan
untuk memperkecil pola penyebaran range komponen senyawa hasil maserasi berdasarkan
kelarutannya. Setelah didiamkan beberapa saat kemudian akan didapatkan 2
lapisan yang selanjutnya dipisahkan dan dihasilkan fasa n-heksana dan
fasa air. Pada kedua fasa tersebut diuji dengan pereaksi Liebermann-Burchard.
Pada fasa air tidak terbentuk endapan yang mencirikan terdapatnya senyawa terpenoid,
sedangkan pada fasa n-heksana ternyata didapatkan endapan berwarna ungu
sehingga fasa inilah yang dilanjutkan ketahap berikutnya.
Fasa n-heksana yang didapat kemudian
dipekatkan dengan penguap putar vakum sehingga didapatkan crude n-heksana
sebanyak 10 gram. Selanjutnya dilakukan uji KLT menggunakan plat KLT dengan SiO2
sebagai fasa diam. Dari hasil KLT fasa nheksana
didapatkan 10 bercak noda dengan harga Rf masing-masing Rf1
= 0,03, Rf2 =
0,09, Rf3 =0,16, Rf4
= 0,41, Rf5 =
0,46, Rf6 = 0,5, Rf7
= 0,61,Rf8 =
0,77, Rf9 = 0,8, dan Rf10
= 0,95 dengan kloroform 100 % sebagai fasa gerak.
Spektrum
IR Senyawa Hasil Isolasi
Spektrum
massa Senyawa Hasil Isolasi
Identifikasi
dengan Spektroskopi Infra Merah
Pemeriksaan spektrum infra merah dari
senyawa terpenoid yang diperoleh, memberikan pita-pita serapan pada bilangan
gelombang 3317,3 cm -1 (s) merupakan
serapan dari uluran – OH. Serapan pada
2931,6 cm -1 (k) yang
didukung dengan serapan pada 1458,1 cm -1 (s)
merupakan uluran metil, pada bilangan gelombang 2862,2 cm -1
merupakan uluran =C-H dan serapan di daerah sidik jari pada 1373,2 cm -1
menunjukkan uluran -CH2.
Pada 1643,2 cm -1 (l) yang
didukung olehserapan di daerah sidik jari pada 887,2 cm -1
(l) merupakan uluran C=C yang terdapat dalam struktur lingkar. Serapan di daerah sidik
jari pada 1126,4 cm -1 (s)
merupakan serapan dari C-O (Sastrohamidjojo,
1990). Data hasil pengukuran spektroskopi IR diberikan pada Gambar 5.
Identifikasi
dengan Spektroskopi Massa
Dari hasil pengukuran spektroskopi massa
didapatkan senyawa dengan berat molekul 220 m/e dengan puncak dasar (100 %)
adalah 43. Senyawa dengan berat molekul 220 diduga memiliki rumus molekul C15H24O.
Jumlah ekivalen ikatan rangkap dalam rumus molekul tersebut dapat dihitung berdasarkan
rumus DBE dan dihasilkan sebanyak 4 buah
ekivalen ikatan rangkap, yaitu 3
buah lingkar (siklik) dan 1 buah ikatan rangkap C=C7.
Adanya gugus – OH pada struktur dugaan dibuktikan dengan adanya puncak 202 m/e
pada data MS dimana ion molekul melepaskan molekul netral H2O
dan didukung dengan adanya serapan pada bilangan gelombang 3317,3 cm-1
pada data IR. Gugus metil dilihat dari munculnya
puncak 205 m/e dimana ion radikal metil dilepaskan dari ion molekul dan juga
puncak 187 m/e setelah pelepasan H2O
dan gugus metil dari ion molekul, dari data IR gugus metil ditunjukkan dengan adanya
serapan pada 2931,6 cm-1 dan
1458,1 cm-1. Adanya
ikatan rangkap pada siklik ditunjukkan dengan adanya serapan pada 1643,2 cm-1
dan 887,2 cm-1.
Ikatan =C-H pada ikatan rangkap ditunjukkan dengan adanya peak pada 2862,2 cm-1.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Dari hasil penelitian dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut: telah berhasil diisolasi senyawa terpenoid dari daun lada (Piper nigrum,
Linn) yang bersifat bioaktif terhadap hama Callosobruncus chinensis berupa
kristal berwarna putih sebanyak 3 mg dengan harga Rf 0,46 menggunakan eluen CHCl3
100 %. Dari hasil analisis spektroskopi IR dan
Spektroskopi Massa diperkirakan senyawa hasil isolasi merupakan senyawa
terpenoid jenis seskuirterpenoid dengan gugus-gugus fungsi utama OH dan C=C
serta berat molekul relatif 220 m/e. Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut : agar didapatkan senyawa hasil isolasi
yang memiliki kemurnian lebih tinggi dilakukan pengukuran dengan menggunakan
HPLC, perlu dilakukan pengukuran lebih lanjut dengan NMR agar dapat menentukan
struktur molekul senyawa terpenoid yang didapat dari daun lada (Piper nigrum,
Linn) secara pasti. Perlu dilakukan uji bioaktivitas terhadap hama Callosobruncus
chinensis dengan menggunakan beberapa taraf konsentrasi sehingga dapat
dihitung LC50 (Lethal
Concentration).
permasalahan
Melalui metode identifikasi dengan spektroskopi infra merah dan identifikasi
dengan spektroskopi massa dapat diketahui srtuktur yang terdapat pada senyawa
yang telah diteliti, sementara itu masih ada metode lain yang dapat digunakan
dalam mensintesis struktur yang terdapat pada senyawa tersebut.
Apakah metode lain perlu dilakukan??
apabila metode
lain juga dilakukan, data yang manakah yang digunakan untuk melakukan uji metode tersebut dan bagaimana pengaruhnya terhadap hasil yang telah didapat dari
identifikasi 2 metode tersebut??